Selasa, 23 April 2013

Cerita Tentang Laki-Laki, Dika & Fauzan Part I

Aku sudah biasa tumbuh dan hidup dalam dunia ber-genre gentleman. Ayahku dan dua adik lelakiku. Selain itu, Ibu merupakan sosok berkarakter patriarchi yang tegas dan mandiri nan karismatik. Begitu pula dengan lingkungan pertemananku yang didominasi oleh kaum adam.

Suatu kali, kelas 3 SD, dan entah mengapa, para ladies itu (yang dikomandani oleh salah seorang anak perempuan golongan borjuis di kelasku) merasa tak menyukaiku dan menganggap bahwa aku salah, atas alasan entah apa. Dan langsung saja, dengan komando penuh, serentaklah para ladies itu tak mau berteman bahkan enggan untuk sekedar bertegur sapa denganku. Aku heran saja tapi tohh tak merasa bahwa itu adalah sebuah masalah buatku. Aku bisa sendiri. Tetapi aku ingat, ada bocah laki-laki yang secara sukarela menemaniku. Termasuk ke kantin sekolah untuk sekedar beli es lilin yang dulu harganya hanya Rp. 50.

Sampai beberapa tahun kemudian, kala itu aku sudah kelas 1 SMA. Dalam acara berkemah yang diadakan sekolahku dan serta mengundang peserta dari SMA lainnya di kotaku. Aku berdiri di pojokan dapur umum, memegang segelas teh yang begitu cepat kehilangan suhu panasnya. Dari balik gerimis yang turun satu-satu, seorang laki-laki memperhatikanku dari kejauhan. Meskipun tak bergeming, dalam hati aku penasaran juga, kenapa dia memperhatikanku ya?

Tak lama kemudian, dia menghampiriku, tanpa basa-basi dia bertanya, "Kamu Fifi, bukan?" Dahiku berkerut. Sempat tersenyum terlebih dahulu, laki-laki itu pun berlalu. "Heii.. Yaph, aku Fifi.." Lalu dengan sigap dia berbalik lagi ke arahku. "Pernah punya teman gak dulu yang kayak aku trus namanya Dika?" Dia tahu, aku jelas lupa. "Dika..?" Dahiku makin mengkerut. Dan akhirnya dia sempat tersenyum sekali lagi sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkanku. Diujung sana, aku menangkap sekelabat tatapan sepasang mata anak perempuan yang memperhatikan kami berbincang sebentar tadi.

***

Kuliah pertamaku. Hmm.. Bangunan kampus ini sungguh megah. Di zamannya, bangunan ini diakui se-Asia Tenggara termasuk sebagai 100 perguruan tinggi terbaik. Dari daerah Pasar Baru (Kenagarian Limau Manis, Kelurahan Koto Panjang, Kecematan Pauh dan terletak sekitar 15 km sebelah timur pusat Kota Padang), kemegahannya terlihat sungguh gagah. Seiring dengan perjalanan waktu, aku duduk termenung memperhatikan sisa rintik hujan sore. Langkah-langkah kaki mahasiswa terseret tergesa berebutan menaiki angkutan umum. Sebuah suara mengejutkanku, "Hai.." Aku memalingkan ekspresi tak berkenan padanya. "...Maaf, mengganggumu kah?" "Sedikit" jawabku datar. Lalu aku diam. Dia diam. Tak lama aku tertawa, "Hai.. Aku Fifi, dari divisi vokal.." Ucapku sambil menjulurkan tangan. Dia menatapku, mungkin agak sedikit heran. "Fauzan, divisi teater.." Akhirnya kami bersalaman, dan mulai berteman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar