Jadi saya memang terkenal dengan anak yang agak iseng dalam lingkungan pertemanan
saya. Contoh paling pas adalah acara keluar kota *maksudnya yang keluar kota itu adalah
temen - temen saya.
Jadi
otomatis saya meminta oleh - oleh dong ya.. :D
Jadi
saya ingin dioleh - olehin sesuatu yang berbeda dengan yang lainnya. Kalau biasanya kan oleh - oleh
itu identik dengan membawa buah tangan khas daerah yang dituju. Nah, saya gak
mau itu. Uhhmph... Tapi menurut saya, sebenarnya itu juga ciri khas daerah tersebut loh. Ikon daerah
setempat malahan. Setiap kali menyebutnya pasti sudah tau asal daerahnya
dimana. Namun yang saya herankan kenapa mereka seolah - olah merana mendengar
stetmen saya ya pas meminta, "Saya mau dibawain itu dari daerah itu". Mereka membalas dengan beberapa garis di kening. and then "How come?"
Jadi
ceritanya waktu itu adik saya jalan - jalan ke Medan. Begitu tau, saya langsung
menelpon dan bertanya - tanya sedikit sebagai basa basi biar gak ketauan banget
mau merampok. Hihihihihii...
Jadi
tibalah saatnya si adik nanya, "Kk mau dioleh-olehin apa? Nanti saya
usahakan cari". Nah lohhh,pucuk dicinta ulam pun tiba. Saya lalu bercerita
panjang lebar dan lantas bertanya, "Apa kamu singgah ke Danau Toba
nantinya?" Si adik tanpa curiga meng-iya-kan dengan pasti dan balik
bertanya "Memangnya kenapa?" "nah.. Pas banget, bawain saya aer dari Danau Toba dong, sebotol aja"
Jadi
sejak itu, dia sering nawarin aer Danau Toba tersebut kalau dia lagi ada perlu
untuk mengunjungi salah satu kota besar Indonesia tersebut tanpa saya minta dan
telepon terlebih dahulu. Meskipun begitu, tak sekalipun saya menerima oleh -
oleh tersebut, Uuhmmmph,, can't say a word..
Jadi
hal yang sama pun pernah terjadi pada teman - teman saya, baik teman kantor,
teman dekat, teman semasa kuliah, teman segala jenis teman deh. Misalnya yang
ke Jakarta, saya minta aer dari Bundaran HI. Dari Bali, saya minta aer di Pantai Kuta.
Di bandung saya minta aer dari Puncak. :)
Jadi
lebih dari itu, sudah banyak variasi oleh - oleh jenis aer yang bisa saya koleksi
sebenarnya. Hanya saja mereka tidak pernah menanggapi permintaan saya itu sama
sekali. Apa saya salah meminta oleh - oleh seperti itu? *binun dalam kepolosan
Jadi
awalnya, dulu sekali, sekitar tujuh tahun yang lalu. Saya masih kuliah tingkat
dua di Fakultas Sastra Universitas Andalas. Tapi saat ini anda tak kan lagi
menemui Fakultas tersebut karena terhitung awal tahun kemaren ini, Fakultas
Sastra berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya menhikuti Faultas lain yang sudah terlebih dahulu bertukaar nama. Tapi menurut saya, itu masih Fakultas Sastra saya yang dulu.
Jadi
dulu itu, ada salah satu senior tingkat saya yang menaruh hati pada saya. Dan
kebetulan tergabung di kegiatan MAPASTRA - MAhasiswa Pecinta Alam saSTRA. Dan
pada beberapa hari menjelang hari ulang tahun saya, dia mengadakan acara mendaki Gunung Singgalang. Gunung ini merupakan gunung favorit para pendaki yang suka
mendaki. *loh, gmn ini bahasanya? :p
Jadi
sebelum berangkat dia pamit dan bertanya. Saya : SA dan Senior : SE
SE :
(mendekati saya)
SA :
(di suit-suit in senior lain) (malu-malu)
SE : Saya besok mau ke gunung... (pembukaan basa basi yang basi)
SA : Mendaki ya Bang? (pertanyaan yang tak kalah basi) (grogi) (berusaha keras
ngilangin grogi)
SE : iya.. Kamu mau dibawain apa? Edelweis?
SA : Eeh? (speechless)
SE : Iya.. Bunga abadi itu.. Kamu tau kan? (PD kalau saya nya bakal bilang iya -tergoda- lalu kesengsem sama dia
lalu menerima cintanya nanti)
*aihhh...
Jadi malu..
Jadi
singkat cerita, saya memang dulunya suka sama senior itu pas awal - awal masa ospek.
Tapi gak tau ya, hilang gitu aja rasa sukanya. Dan keesokan harinya ketika dia
mau berangkat, saya didekati senior itu lagi.
SE :
Saya berangkat sebentar lagi..
SA : Ehh..iya.. Hati - hati di jalan..
(disuit-suit
in lagi dan malah lebih heboh dari yang kemarin)
SA : Eehmmmp.. Mengenai Edelweis...
SE : Kenapa?
SA : Katanya itu bunga langka ya?
SE : Iya..
SA : Berarti harusnya dilindungi kan? Tidak diambil-ambil begitu saja?
SE :
(agak terperanjat) Lalu?
SA : Jangan diambil, biarkan saja tumbuh disana..
SE :
(heran dan agak lesu) (Padahal edelweis itu buat nyatain cinta sepulangnya dari
Singgalang nanti) (gagal dehhh...) :p
SA : Tapi sebagai gantinya..
SE : Apa? (tanyanya cepat)
SA : Bawakan saya daun
SE : Daun? (tambah heran)
SA : Iya.. Disana, pasti telah tumbuh bermacam-macam tumbuhan. Pasti memiliki daun yang
berupa-rupa bentuknya. Saya mau itu..
SE : Baiklah (masih heran tapi lantas cepat menyetujui permintaan aneh saya)
(iyalahh..ada udang dibalik batu) (kan lagi ada hati ke saya jadi sekali minta,
oke sajalahh)
SA : Seribu helai..
SE : Haa?
SA : Iya.. Bawakan daun-daun tersebut sejumlah seribu helai..
SE : Baiklah.. Saya akan kumpulkan seribu bentuk daun dari Singgalang buat kamu..
Jadi sebenarnya itu adalah siasat saya agar dia menyerah untuk mendekati saya lagi.
Jadi setelah dia kembali ke aktifitas kampus, tidak seperti biasa, dia tak lagi mendekati saya dengan semangat. Saya tau dia gagal mengumpulkan seribu daun itu.
SE : Saya tidak berhasil membawa seribu daun untukmu.
SA : Ahh.. Tidak mengapa.. (diam beberapa saat)
SE : Saya hanya membawa ini..
SA : (kikuk)
SE : (diam)
SA : Uhhhmph.. Terima kasih..
SE : (tersenyum)
SE : (diam)
SA : Uhhhmph.. Terima kasih..
SE : (tersenyum)
Diluar dugaan saya, ternyata dia bemar - benar mengumpulkan daun - daun itu disana. Seorang teman darinya yang sama - sama ikut acara mendaki bercerita bahwa dia hampir tersesat dalam menuntaskan pencarian daun tersebut di Singgalang. Karena tak cukup seribu, dia urung memberikannya dan hanya terkumpul sekitar 900-an helai. Dan dia tetap memberikan daun dari Gunung Singgalang itu sebagai oleh - oleh buat saya. Satu tangkai saja, dan bentuk daunnya sangat asing. Dipuncak tangkai tersebut adalah sebuah kuntum bunga yang belum mekar, masih kuncup. Dia berikan ketika kami bertemu di salah satu gedung kampus. Dia memberikan setangkai (kuncup) Edelweis yang belum sempat mekar dari sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar