Minggu, 27 Mei 2012

Seribu Daun Cinta dari Singgalang


Jadi saya memang terkenal dengan anak yang agak iseng dalam lingkungan pertemanan saya. Contoh paling pas adalah acara keluar kota *maksudnya yang keluar kota itu adalah temen - temen saya.

Jadi otomatis saya meminta oleh - oleh dong ya.. :D

Jadi saya ingin dioleh - olehin sesuatu yang berbeda dengan yang lainnya. Kalau biasanya kan oleh - oleh itu identik dengan membawa buah tangan khas daerah yang dituju. Nah, saya gak mau itu. Uhhmph... Tapi menurut saya, sebenarnya itu juga ciri khas daerah tersebut loh. Ikon daerah setempat malahan. Setiap kali menyebutnya pasti sudah tau asal daerahnya dimana. Namun yang saya herankan kenapa mereka seolah - olah merana mendengar stetmen saya ya pas meminta, "Saya mau dibawain itu dari daerah itu". Mereka membalas dengan beberapa garis di kening. and then "How come?"

Jadi ceritanya waktu itu adik saya jalan - jalan ke Medan. Begitu tau, saya langsung menelpon dan bertanya - tanya sedikit sebagai basa basi biar gak ketauan banget mau merampok. Hihihihihii...

Jadi tibalah saatnya si adik nanya, "Kk mau dioleh-olehin apa? Nanti saya usahakan cari". Nah lohhh,pucuk dicinta ulam pun tiba. Saya lalu bercerita panjang lebar dan lantas bertanya, "Apa kamu singgah ke Danau Toba nantinya?" Si adik tanpa curiga meng-iya-kan dengan pasti dan balik bertanya "Memangnya kenapa?" "nah.. Pas banget, bawain saya aer dari Danau Toba dong, sebotol aja"

Jadi sejak itu, dia sering nawarin aer Danau Toba tersebut kalau dia lagi ada perlu untuk mengunjungi salah satu kota besar Indonesia tersebut tanpa saya minta dan telepon terlebih dahulu. Meskipun begitu, tak sekalipun saya menerima oleh - oleh tersebut, Uuhmmmph,, can't say a word..

Jadi hal yang sama pun pernah terjadi pada teman - teman saya, baik teman kantor, teman dekat, teman semasa kuliah, teman segala jenis teman deh. Misalnyyang ke Jakarta, saya minta aer dari Bundaran HI. Dari Bali, saya minta aer di Pantai Kuta. Di bandung saya minta aer dari Puncak. :)

Jadi lebih dari itu, sudah banyak variasi oleh - oleh jenis aer yang bisa saya koleksi sebenarnya. Hanya saja mereka tidak pernah menanggapi permintaan saya itu sama sekali. Apa saya salah meminta oleh - oleh seperti itu? *binun dalam kepolosan

Jadi awalnya, dulu sekali, sekitar tujuh tahun yang lalu. Saya masih kuliah tingkat dua di Fakultas Sastra Universitas Andalas. Tapi saat ini anda tak kan lagi menemui Fakultas tersebut karena terhitung awal tahun kemaren ini, Fakultas Sastra berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya menhikuti Faultas lain yang sudah terlebih dahulu bertukaar nama. Tapi menurut saya, itu masih Fakultas Sastra saya yang dulu.

Jadi dulu itu, ada salah satu senior tingkat saya yang menaruh hati pada saya. Dan kebetulan tergabung di kegiatan MAPASTRA - MAhasiswa Pecinta Alam saSTRA. Dan pada beberapa hari menjelang hari ulang tahun saya, dia mengadakan acara mendaki Gunung Singgalang. Gunung ini merupakan gunung favorit para pendaki yang suka mendaki. *loh, gmn ini bahasanya? :p

Jadi sebelum berangkat dia pamit dan bertanya. Saya : SA dan Senior : SE
SE : (mendekati saya)
SA : (di suit-suit in senior lain) (malu-malu)
SE : Saya besok mau ke gunung... (pembukaan basa basi yang basi)
SA : Mendaki ya Bang? (pertanyaan yang tak kalah basi) (grogi) (berusaha keras ngilangin grogi)
SE : iya.. Kamu mau dibawain apa? Edelweis?
SA : Eeh? (speechless)
SE : Iya.. Bunga abadi itu.. Kamu tau kan? (PD kalau saya nya bakal bilang iya -tergoda- lalu kesengsem sama dia lalu menerima cintanya nanti)

*aihhh... Jadi malu..

Jadi singkat cerita, saya memang dulunya suka sama senior itu pas awal - awal masa ospek. Tapi gak tau ya, hilang gitu aja rasa sukanya. Dan keesokan harinya ketika dia mau berangkat, saya didekati senior itu lagi.
SE : Saya berangkat sebentar lagi..
SA : Ehh..iya.. Hati - hati di jalan..
(disuit-suit in lagi dan malah lebih heboh dari yang kemarin)
SA : Eehmmmp.. Mengenai Edelweis...
SE : Kenapa?
SA : Katanya itu bunga langka ya?
SE : Iya..
SA : Berarti harusnya dilindungi kan? Tidak diambil-ambil begitu saja?
SE : (agak terperanjat) Lalu?
SA : Jangan diambil, biarkan saja tumbuh disana..
SE : (heran dan agak lesu) (Padahal edelweis itu buat nyatain cinta sepulangnya dari Singgalang nanti) (gagal dehhh...) :p
SA : Tapi sebagai gantinya..
SE : Apa? (tanyanya cepat)
SA : Bawakan saya daun
SE : Daun? (tambah heran)
SA : Iya.. Disana, pasti telah tumbuh bermacam-macam tumbuhan. Pasti memiliki daun yang berupa-rupa bentuknya. Saya mau itu..
SE : Baiklah (masih heran tapi lantas cepat menyetujui permintaan aneh saya) (iyalahh..ada udang dibalik batu) (kan lagi ada hati ke saya jadi sekali minta, oke sajalahh)
SA : Seribu helai..
SE : Haa?
SA : Iya.. Bawakan daun-daun tersebut sejumlah seribu helai..
SE : Baiklah.. Saya akan kumpulkan seribu bentuk daun dari Singgalang buat kamu..

Jadi sebenarnya itu adalah siasat saya agar dia menyerah untuk mendekati saya lagi.

Jadi setelah dia kembali ke aktifitas kampus, tidak seperti biasa, dia tak lagi mendekati saya dengan semangat. Saya tau dia gagal mengumpulkan seribu daun itu.
SE : Saya tidak berhasil membawa seribu daun untukmu.
SA : Ahh.. Tidak mengapa.. (diam beberapa saat)
SE : Saya hanya membawa ini..
SA : (kikuk)
SE : (diam)
SA : Uhhhmph.. Terima kasih..
SE : (tersenyum)

Diluar dugaan saya,  ternyata dia bemar - benar mengumpulkan daun - daun itu disana. Seorang teman darinya yang sama - sama ikut acara mendaki bercerita bahwa dia hampir tersesat dalam menuntaskan pencarian daun tersebut di Singgalang. Karena tak cukup seribu, dia urung memberikannya dan hanya terkumpul sekitar 900-an helai. Dan dia tetap memberikan daun dari Gunung Singgalang itu sebagai oleh - oleh buat saya. Satu tangkai saja, dan bentuk daunnya sangat asing. Dipuncak tangkai tersebut adalah sebuah kuntum bunga yang belum mekar, masih kuncup. Dia berikan ketika kami bertemu di salah satu gedung kampus. Dia memberikan setangkai (kuncup) Edelweis yang belum sempat mekar dari sana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar