Kemenangan Indonesia dengan cemerlang mengantarkan Indonesia pada pertemuannya dengan Malaysia di final piala AFF yang diadakan di dua tempat, yaitu pada tanggal 26 Desember di Malaysia dan 29 Desember di Indonesia kemarin membuahkan hasil yang sangat mengejutkan.
Dari hasil penelitian (subjektif) saya, Euphoria itu sedikit banyak sangat mempengaruhi psikis pemain Indonesia. Bagaimana tidak, hanya membutuhkan satu langkah saja untuk memboyong piala bergengsi itu dalam pelukan Garuda. Namun ternyata Dewi Fortuna masih belum mengizinkan hal itu terjadi.
Terlepas dari sinar laser atau pun petasan yang tengah ramai diisukan sebagai penyebab kekalahan timnas, saya menilai dari sudut pandang berbeda. Euphoria itu tadi lah yang perlu kita evaluasi. Bukan berarti tidak boleh memiliki rasa itu, namun satu hal yang pasti adalah rasa itu terkadang membuat kita sedikit lengah sehingga kekuatan pemain agak goyang.
Safee sali yang dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak membuat pemain Indonesia agak gemetar menyambut kedatangannya di GBK. Meski isu yang berhembus kencang bahwasanya si Safee berniat bergabung sama klub Indonesia, jangan menimbulkan ephoria yang dapat mengacaukan konsentrasi kita lagi dalam meningkatkan kualitas permainan kita.
Namun satu hal yang sangat pasti tercermin dari ajang ini adalah bangkitnya rasa nasionalisme kita dan kecintaan kita terhadap NKRI. Kebanggan kita pada Garuda, baik yang berada pada dada pemain ataupun tersemat secara tidak langsung dalam hati kita. Hal positif yang dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia dari Euphoria ini adalah menyatukan rasa cinta kita.
Meski begitu, rasa Euphoria ini perlu direvisi kembali agar bisa lebih tertib lagi. Karena kita masih bisa melihat dengan jelas bahwa rasa Euphoria itu merusak beberapa fasilitas umum yang ada. Hal ini sangat perlu diperhatikan kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar