Selasa, 07 Desember 2010

-Live also had an Own Puzzle – fourth chapter-


Pertemuan Kedua
 
Awalnya bertemu tak sengaja. Pintu warnet itu tertutup tapi papan tanda bertuliskan OPEN yang menggantung mempersilahkan kami masuk. Dua orang lelaki, seorang anak lelaki berkulit putih yang tengah asyik bermain di dunia maya melalui komputer di depannya. Kutaksir dia seumuran dengan ku. Berseberangan dengannya, seorang lelaki dewasa yang duduk bertumpu pada meja. Aku belum melihatnya.

Kedua kalinya aku datang kesana. Keperluanku sama dengan hari kemarin, mencari beberapa jurnal untuk bahan skripsiku. Dari dua lelaki kemarin, aku tak melihat lelaki yang duduk bertumpu di meja. Tapi yang berkulit putih itu masih disana, dengan ramah bertanya tentang hal yang mungkin bisa dibantunya. Lelaki ketiga, berparas maskulin baru saja keluar dari sebuah ruangan yang di bagian pintunya tertulis STAFF ONLY. Sangat jelas terlihat ada privasi terjaga dalam ruangan itu. Nafasku tercekat menyaksikan sosok itu melintas didepanku. “Gimana? Bisa kan internetnya?” Aku mengangguk ragu lalu dia mendekat dan mengamati layar monitor didepanku, layar monitor di depan kami lebih tepatnya, karena dia sudah duduk sejajar disampingku. “Oo.. Ini nanti di hide saja ya. Ini bawaan dari billing server disini. Nah sudah kan? Nanti kalau ada yang mau ditanyain lagi, tanya aja sama adik saya yang di depan itu”. Yang ditunjuk malah mesem-mesem. Setelah berpamitan padaku dan bicara sedikit dengan anak laki-laki putih yang tadi disebutnya sebagai adik, dia pun melenggang keluar dengan santai. Backpack yang bergantung di bahunya seolah menunjukkan alamat, dia pulang ke rumah.

Aku tak bergeming. Masih tercekat. Sementara adiknya tersenyum. Mungkin paham dengan gelagat bahasa tubuhku.

Tapi dari sanalah dimulainya tegur sapa. Lalu pertemuan-pertemuan berikutnya mengantarkan kami pada hubungan dengan definisi kasih sayang.

*heart on my sleeve

Tidak ada komentar:

Posting Komentar