
Aku selalu senang berjalan melalui ruas jalan setapak apalagi kalau malam sudah datang. Jalan-jalan saja. Tanpa arah. Memperhatikan satu per satu rumah-rumah yang berdiri kaku namun tampak pasti melindungi para penghuni di dalamnya.
Seperti saat ini, aku melewati jalan setapak yang letaknya tak seberapa jauh dari tempat tinggalku. Pemandangan yang biasa saja mungkin bagi kebanyakan orang. Namun entah apa pesona yang tersimpan dari kebiasaanku yang satu ini dan aku tak peduli bila ada yang berkomentar bahwa kebiasannku itu aneh. Entahlah... Hanya saja aku meyakini bahwa akan ada 'sesuatu' yang akan Dia ajarkan padaku melalui hal ini. Pagi ini objek pertama yang menarik perhatianku tertumbuk pada sebuah rumah yang belum jadi. Para tukang kayu itu bekerja menyatukan rangka rumah bersama-sama. Terlihat ada diantara mereka yang sedang mengaduk semen. Sementara tak jauh dari sana, seorang lelaki kurus berkulit hitam legam duduk sambil menghisap dalam-dalam sebatang rokok yang terselip diantara jari-jari tangan kanannya. Lalu beruntunlah aku menemukan hal-hal menarik lainnya.
Adalah seorang ibu muda yang sedang sibuk menyuapi buah hatinya yang rewel. Aku melihat jelas kerut di keningnya cukup mewakili rasa kesalnya karena bocah itu bersikeras tak mau makan. Tapi aku yakin ibu muda itu pasti sangat menikmati kenakalan anaknya itu.Sedangkan di seberang jalan, aku melihat penjual kebutuhan harian yang tengah merapikan dagangannya sambil bersiul-siul, bersenandung riang mengikuti alunan musik dangdut dari radionya. Aku melanjutkan lagi perjalananku menyusuri jalan kecil itu. Sesampainya di ujung pertigaan, aku memutar ke arah kiri. Sebuah rumah mungil berwarna biru terlihat sepi dari luar. Tak berapa banyak tanaman tumbuh di rumah biru itu. Namun entah mengapa, suara gaduh dua anak lelaki yang terdengar sedang berlarian dari dalam rumah itu menggambarkan suasana yang menyenangkan.
Tidak ada yang kucari sepanjang aku berjalan sedari tadi. Tapi ada rasa yang terus menuntunku untuk harus mencari sesuatu itu sampai dapat. Aku terus berjalan kemanapun sekehendak kuingin melangkah. Dalam perjalan tak jelas itu sesekali aku bertanya pada diriku sendiri tentang apa gerangan yang aku cari sebenarnya sambil tetap terus berjalan. Lalu setelah berjalan lebih kurang setengah jam lamanya, dari tempatku berdiri, aku melihat 3 orang anak Sekolah Dasar berlari kecil memasuki pekarangan luas yang pagarnya dijaga oleh seorang satpam paruh baya. Aku menduga ada dialog diantara mereka tapi aku tak tau pasti apa yang mereka bicarakan. Mungkin salam selamat pagi.
Entah dari mana asalnya, aku merasakan senyuman tumpah ruah bersama damai disetiap sudut aku menjatuhkan pandang. Kupandangi diriku, aku termasuk yang mendapatkan pantulan. Aku pun merasakan kedamaian menyusup pelan-pelan ke dalam hatiku. Menyadari hal itu, aku berebut dengan momen, mencoba untuk menyimpam rasa yang kurasakan itu untuk nanti, tapi tak bisa. Ya...tak apa lah, aku mengaku kalah. Meski demikian yang terjadi. Aku kembali tersenyum. Bahagia...
Seperti saat ini, aku melewati jalan setapak yang letaknya tak seberapa jauh dari tempat tinggalku. Pemandangan yang biasa saja mungkin bagi kebanyakan orang. Namun entah apa pesona yang tersimpan dari kebiasaanku yang satu ini dan aku tak peduli bila ada yang berkomentar bahwa kebiasannku itu aneh. Entahlah... Hanya saja aku meyakini bahwa akan ada 'sesuatu' yang akan Dia ajarkan padaku melalui hal ini. Pagi ini objek pertama yang menarik perhatianku tertumbuk pada sebuah rumah yang belum jadi. Para tukang kayu itu bekerja menyatukan rangka rumah bersama-sama. Terlihat ada diantara mereka yang sedang mengaduk semen. Sementara tak jauh dari sana, seorang lelaki kurus berkulit hitam legam duduk sambil menghisap dalam-dalam sebatang rokok yang terselip diantara jari-jari tangan kanannya. Lalu beruntunlah aku menemukan hal-hal menarik lainnya.
Adalah seorang ibu muda yang sedang sibuk menyuapi buah hatinya yang rewel. Aku melihat jelas kerut di keningnya cukup mewakili rasa kesalnya karena bocah itu bersikeras tak mau makan. Tapi aku yakin ibu muda itu pasti sangat menikmati kenakalan anaknya itu.Sedangkan di seberang jalan, aku melihat penjual kebutuhan harian yang tengah merapikan dagangannya sambil bersiul-siul, bersenandung riang mengikuti alunan musik dangdut dari radionya. Aku melanjutkan lagi perjalananku menyusuri jalan kecil itu. Sesampainya di ujung pertigaan, aku memutar ke arah kiri. Sebuah rumah mungil berwarna biru terlihat sepi dari luar. Tak berapa banyak tanaman tumbuh di rumah biru itu. Namun entah mengapa, suara gaduh dua anak lelaki yang terdengar sedang berlarian dari dalam rumah itu menggambarkan suasana yang menyenangkan.
Tidak ada yang kucari sepanjang aku berjalan sedari tadi. Tapi ada rasa yang terus menuntunku untuk harus mencari sesuatu itu sampai dapat. Aku terus berjalan kemanapun sekehendak kuingin melangkah. Dalam perjalan tak jelas itu sesekali aku bertanya pada diriku sendiri tentang apa gerangan yang aku cari sebenarnya sambil tetap terus berjalan. Lalu setelah berjalan lebih kurang setengah jam lamanya, dari tempatku berdiri, aku melihat 3 orang anak Sekolah Dasar berlari kecil memasuki pekarangan luas yang pagarnya dijaga oleh seorang satpam paruh baya. Aku menduga ada dialog diantara mereka tapi aku tak tau pasti apa yang mereka bicarakan. Mungkin salam selamat pagi.
Entah dari mana asalnya, aku merasakan senyuman tumpah ruah bersama damai disetiap sudut aku menjatuhkan pandang. Kupandangi diriku, aku termasuk yang mendapatkan pantulan. Aku pun merasakan kedamaian menyusup pelan-pelan ke dalam hatiku. Menyadari hal itu, aku berebut dengan momen, mencoba untuk menyimpam rasa yang kurasakan itu untuk nanti, tapi tak bisa. Ya...tak apa lah, aku mengaku kalah. Meski demikian yang terjadi. Aku kembali tersenyum. Bahagia...
bed of roses
nice ...story ,,,i like it
BalasHapustrims yaa.. :)
BalasHapus